Wednesday, October 28, 2009

Yuk Kita Lihat Lagi Apa Itu PBBM

Di suatu sore di pojok pertemuan tim siaga bercerita tentang keinginannya seorang guru untuk mengadakan simulasi. Keinginan ini di dorong oleh rasa kekawatiran terhadap ancaman yang sewaktu-waktu bisa terjadi di lingkungannya.

A: Cak aku pengen ngewenekne simulasi neng desoku
B: walah....koe ngerti kareppe simulasi kui opo toh?
A: yo uji cubo ben siap yen onong bencana
B: wes ngerti urung bab sopo ngelakoni opo?
A: yo....gur nyiapke kebutuhan lan ngumpulke masyarakat wae kok ra isa!
B: yo ora bisa ngunu....mengko sopo seng duwe tugas ngunekke tanda yen ono beboyo, sapa seng due tanggung jawab ngurusi pendataan, nyiapke transportasi, ngurusi cah cah seng mbutuhke penanganan darurat, lan lian liane, ise akeh seng kudu di lampai...
A: Walah cak....ono beboyo kok kelingan ngurusi wong seng cedera....yo selak mati pisan!!!?
B: la yo....wong iki, yen koyo ngunu, yo podo wae respon sifate, ora siap siogo lan waspodo rek.....??!!

Terkadang perlakuan dan pemahaman yang tidak memadai bisa menyebabkan kesalahan dalam memperlakukan bencana. Kekwawatiran dan kepanikan dalam situasi bencana sering terjadi, sehingga menyebabkan terjadi banyaknya korban. Bisakah hal ini diminimalkan? Di berbagai wilayah pembicaraan ini dan pengaplikasian pengurangan risiko bencana dilakukan, dan salah satunya adalam Pengirangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat. Kegiatan ini mengutamakan penguatan kapasitas di suatu wilayah berkenaan dengan analisa wilayah mereka masing - masing. Hal ini meliputi 5 aspek kehidupan, yaitu manusia, sosial, ekonomi, plolitik dan lingkungan. Ada beberapa hal yang harus digaris bawahi dalam memperlakukan bencana yang berbasis masyarakat, yaitu:

1. Merubah Paradigma
Masyarakat telah paham bahwa kita hidup di seputar wilayah yang rawan, untuk itu mari kita rubah penanganannya dari respon menjadi kesiapsiagaa. Dalam artian kegiatan ini akan menjadi kegiatan yang berkesinambungan. Karena sifatnya luas, maka tidak bisa dilakukan sendiri, maka kebersamaan dari semua pihak sangat penting (mayarakat, pemerintah, pihak luar, media)

2. Analisa Ancaman/ Disaster Risk Analysis (DRA)

Hal ini menjadi penting karena kita tidak akan paham apa yang telah terjadi dan sebesar apa kejadian itu bisa menimpa kita serta luasan yang terdampak akan adanya ancaman ini. Tidak semua ancaman bisa mengakibatkan bencana. Pemahaman atas risiko bisa membuat kita lebih waspada dan siaga. Dalam hal ini penting kita menganalisa jenis dan karakter ancaman, jika kita bisa mengenali kedua hal tersebut, maka kita juga akan bisa mengenali kelemahan dan kapasitas apa yang masih melingkupi wilayah kita yang berhubungan dengan 5 aspek kehidupan “manusia, ekonomi, social, politik, lingkungan”.

3. Pemetaan/ Risk Map

Tujuan dari pemetaan ini yaitu untuk mengetahui luasan dan besarnya dampak ancaman yang berpengaruh pada suatu wilayah. Hal ini berkenaan dengan segala informasi yang berhubungan dari wilayah tersebut yang meliputi data penduduk, letak dari bidang tanah dan infrastruktur (sesuai dengan keadaan sebenarnya), kelompok rentan (ibu hamil, balita, orang tua dan diffable) letak ancaman (sungai/ gunung/ wilayah hutan, dll).

4. Sistim Peringatan Dini/ Early Warning Systim (EWS)

Peringatan dini adalah suatu alat yang memberikan informasi/ tanda akan adanya bahaya dan becana. Tidak harus teknologi tinggi, namun alat ini akan dimengerti masyarkat setempat sebagai penanda adanya bencana. Masyarakat kita masih menggunakan alat yang disebut “Kentongan” untuk menginformasikan banyak hal, seperti kematian, perampokan, pembunuhan, dll”, untuk itu penting adanya pembeda dalam pemukulan kentongan ini dan disepakati oleh semua warga (laki-laki/ perempuan). Sehingga informasi ini berfungsi secara maksimal.

5. Standar Operasional Procedure (SOP)

SOP akan membicarakan tentang orang/ SDM yang akan mengemban tugas dalam managemen bencana tingkat desa/ dusun, dan kapan tugas itu dilaksanakan (sebelum, saat, sesusdah). Hal ini bisa menjadi kegiatan RAK (Rencana Aksi Kampung) di setiap wilayah masing – masing dan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan simulasi.

6. Penangan Penderita Gawat Darurat


Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD) adalah kegiatan penanganan penderita gawat darurat yang sering terjadi setiap waktu. Kegiatan ini akan memberikan penguatan kapasitas pada warga/ Tim Siaga Desa tentang pengetahuan penanganan luka, patah tulang, pembalutan serta transportasi penderita gawat darurat. Sehingga pengurangan risiko dan menghindari terjadinya korban lebih besar bisa diminimalkan.


7. Pelembagaan Penanganan Bencana

Pelembagaan mempunyai peranan khusus dalam suatu wilayah yang berisiko. Hal ini dapat diartikan bahwa lembaga ini adalah pelaksana dalam penangan bencana di suatu wilayah. Dalam hal ini masyarakat yang terdampak akan berperan utama, karena masyarakat menjadi penerima langsung dampak dari bencana itu sendiri. Maka dari itu pembentukan tim penanganan bencana desa penting adanya. Tim ini bertugas khusus dan dibekali oleh pengetahuan DRA, pemetaan, dan Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD).

8. Simulasi/ Gladi Lapang

Kegiatan simulasi dilakukan sebagai alat untuk mengujicoba SOP, mensosialisasikan sistim peringatan dini, managemen barak, serta PPGD. Melibatkan semua masyarakat dan khususnya tim penanggulangan tingkat desa yang telah dibuat sebelumnya. Dari hasil ujicoba ini nantinya akan ada evaluasi, sehingga perumusan dan perencanaan penanganan yang lebih baik di desa masing - masing akan terwujud.


“Mari kita hidup aman dan nyaman dengan ancaman”

Sunday, October 18, 2009

Riyayan Tim Siaga Jangkar Kelud

Pagi ini 18 Oktober 2009 Tim Siga Jangkar Kelud mengadakan pertemuan antar tim siaga dari 3 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan di Desa Pandansari, kecamatan Ngantang, kabupaten Malang dihadiri oleh 300 peserta, perwakilan dari 16 desa yang telah mendapat serangkaian pelatihan PB (Penanggulangan Bencana) dan PRB (Pengurangan Risiko Bencana).

Kegiatan tahunan ini diadakan sebagai ajang berkumpul/ bertemunya tim siaga antar kabupaten untuk mempererat kebersamaan dan meningkatkan koordinasi antar tim di 3 kabupaten. Namun tak kalah pentingnya yaitu Gladi PPGD yang dilombakan untuk masing-masing Tim. Tujuan dari gladi ini yaitu untuk mengasah kesiapsiagaan Tim Siaga Desa dalam penanganan penderita gawat darurat. Hiburan dan pembagian door prize merupakan acara puncak dalam acara Temu Tim Siaga ini. Hadiah diberikan kepada Tim Siaga yang tercepat dan benar dalam melakukan penanganan terhadap penderita gawat darurat.

Harapan ke depan, Tim Siaga Desa di 3 kabupaten ini bisa lebih sigap dan tanggap dalam melakukan penanganan bencana yang lebih baik, mendorongkan pola penanganan bencana berbasis masyarakat serta penanganan bencana yang berkesinambungan kepada pemerintah setempat. Dengan adanya peran dari semua pihak, menjadikan "Rinengkuh Kelud Hangreksa Rahayu" akan terwujud bagi kesinambungan dan keselarasan kehidupan di seputaran Kelud.

Sunday, October 11, 2009

Konferensi PRBBK


Konferensi PRBBK (Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas) yang diadakan pada tanggal 5 - 8 Oktober 2009 merupakan suatu kegiatan tahunan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang konsentrasi dalam penanganan bencana di Indonesia. Sebelumnya kegiatan ini dilaksanakan di Bali, namun untuk kali ini pelaksanaannya di Hotel Sahid Jaya Makasar. Dalam konferensi ini semua lembaga baik Nasional ataupun Internasional berkumpul untuk mendokumentasikan dan merumuskan kegiatan pengurangan risiko bencana yang telah dilakukan diwilayahnya masing-masing. Adapun perumusan tentang strategy PRBBK, yaitu:

1. Subyek (Suprastruktur, Infrastruktur)
2. Obyek (Risiko Bencana dan Perubahan Iklim
3. Metode (pendidikan, pemberdayaan, Regulasi, Fasilitasi, Sosialisasi, Komunikasi, Advokasi/ Pendampingan)
4. Ketersediaan sarana dan prasarana/ alokasi dana yang memadai.
5. Sasaran yang ditangani merupakan hal luar biasa yang ditangani dengan cara luar biasa.


Tim gabungan dari Jangkar Kelud dan Pasag Merapi mengirimkan masing-masing 5 perwakilan. Bertemu, berbagi pengalaman, membuat pameran sebagian hasil dari kegiatan PRB yang dilakukan di Kelud dan Merapi menjadi agenda selama 4 hari di konfrensi ini. Belanja dan jalan-jalan tak luput incaran para peserta, pantai Losari dan Studio Trans menjadi incaran menarik tuk melepaskan penat dan menikmati keindahan kota Makasar paska konferensi.

Sukses selalu PRB yang dilakuan teman-teman ini di wilayah masing-masing menjadi panjat doa yang dalam dan komitmen memperlakukan bencana secara berbeda. Perubahan respon menjadi kesiapsiagaan/ dilakukan disemua siklus, bertumpu pada masyarakat, intensif dan berkelanjutan serta alokasi dana yang memadai untuk kegiatan kebencanaan merupakan rencana mitigasi yang harus dilakukan oleh semua pihak.